Prabu Siliwangi Beragama Islam

“Kami ingin meluruskan mitos atau opini yang berkembang di masyarakat, bahwa Prabu Siliwangi penganut Hindu.

Prabu Siliwangi adalah seorang Muslim dan Pajajaran bukanlah kerajaan Hindu, melainkan kerajaan yang secara turun temurun mewariskan nilai Sunda Wiwitan atau Jati Sunda,” kata Ketua Pengurus Cabang Lesbumi NU Bogor Bambang “Ciras” Sudarsono.





Bambang menjelaskan bahwa Prabu Siliwangi adalah seorang Muslim. Ia diislamlkan oleh Syekh Hasanuddin atau lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Quro (seorang ulama besar yang lahir sebelum era Wali Sembilan, yang berperan penting dalam Islamisasi di Jawa Barat) saat hendak menikahi Nyi Subang Larang. Nyi Subang Larang tak lain sebagai santri di pesantren yang dipimpin Syaikh Quro di Karawang.
Sekarang Mari kita telusuri bukti-bukti keislaman Prabu Siliwangi.

Prabu Siliwangi merupakan nama gelar, karena masyarakat Jawa Barat pada umumnya sungkan untuk langsung menyebut nama sang asli sang tokoh.

Prabu Siliwangi kecil bernama “Pangeran Pamanah Rasa”, yang lahir di Keraton Surawises Kawali, Kabupaten Ciamis, sekitar tahun 1411 dan wafat pada akhir Desember 1521 di Pakuan (Kota Bogor sekarang). Ia bertahta sebagai Raja Sunda Galuh (Pakuan Pajajaran) selama 39 tahun, yaitu mulai tahun 1482 hingga 1521, berkedudukan di Pakuan (Bogor).

Situs Batutulis di Kota Bogor merupakan bukti sejarah, yang menceritakan tentang era Prabu Siliwangi dalam memimpin Pajajaran. Situs ini dibuat oleh Prabu Surawisesa, putra mahkota yang melanjutkan tahta setelah wafatnya Prabu Siliwangi. Situs tersebut dibuat pada akhir bulan Desember 1533 m, sebagai peringatan 12 tahun setelah wafatnya Prabu Siliwangi.

Keislaman Prabu Siliwangi dibuktikan dengan adanya isi tulisan di prasasti batu tulis Bogor yang ditulis pada Batu oleh  Pangeran Sanghiyang alias Prabu Surawisesa yang telah menganut agama Islam pula, ia telah mengabadikan gelar ayahnya dalam batu tulis itu dengan tulisan:”

“Di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu hajji di pakwan pajajaran”
Artinya:”dinobatkan dia (Raden Pamanahrasa) dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu HAJJI di Pakuan Pajajaran.

Sebagaimana kita ketahui Gelar Hajji ini adalah suatu gelar dalam keislaman.
Bukti-bukti lain mengenai keislaman Prabu Siliwangi. Juga banyak dibahas dalam buku yang ditulis oleh para ahli sejarah diantaranya:


  • Dalam “Seminar sejarah Jawa Barat tanggal 2 s/d 23 Maret 1974 di Sumedang” menyatakan bahwa:”Sebenarnya pada saat Prabu Siliwangi menikah dengan Nyi Mas Subang Larang, beliau telah masuk Islam sebagai salah satu persyaratannya. Hanya saja sebagai muallaf yang diangkat sebagai raja.
  • Dalam “Pangeran Cakrabuana: sang perintis Kerajaan Cirebon – Hal 24: menerangkan bahwa:”Sebenarnya pada saat Prabu Siliwangi menikah dengan Nyi Mas Subang Larang, beliau telah masuk Islam sebagai salah satu persyaratannya. Hanya saja sebagai muallaf yang diangkat sebagai raja dan tinggal di lingkungan istana .
  • Dalam “Selayang pandang sejarah masa kejayaan Kerajaan Cirebon”: kajian dari aspek politik dan pemerintahan” hal.22 Raden H. Unang Sunardjo penerbit Yayasan Keraton Kasepuhan Cirebon, 1996 dan “ Pangeran Cakrabuana”: sang perintis Kerajaan Cirebon” – Hal. 24, menerangkan bahwa:”Nyai Mas Ratu Subang Larang ini sebelum menikah dengan Pamanahrasa Putera Mahkota Galuh, sudah beragama Islam.
  • Dalam “ Proceedings Seminar Nasional Sastra dan Sejarah Pakuan Pajajaran” hal. 48 terbitan Universitas Pakuan Bogor, 1993, menerangkan bahwa:” Prabu Siliwangi beragama Islam.
  • Dalam “ Sunan Gunung Jati antara fiksi dan fakta”: pembumian Islam dengan pendekatan struktural dan kultural “ hal.48 menerangkan bahwa:”Raja Sengara (Prabu Keyan Santang) dan Prabu Siliwangi (Raden Pamanahrasa) bersedia memeluk lslam.
  • Dalam “Wawacan Sama’un”:- Halaman 398 menerangkan bahwa:”Kedua putranya walangsungsang dan Rara santang diberi tahu bahwa ayahandanya (Prabu Siliwangi Raden Pamanahrasa) kini memeluk agama Islam.
  • Dalam “Kumpulan makalah Pertemuan Ilmiah Arkeologi ke-X”, penerbit Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, hal.288,: menerangkan bahwa:”Raden Pamanah rasa masuk Islam sekitar tahun 1418 Masehi. Pada tahun 1422 Masehi Nyai Subanglarang menikah dengan Raden Pamanah Rasa secara adat Islam.
  • Dalam” Sejarah Sunan Cipancar Limbangan” hal. 11, menerangkan bahwa:”Sepulangnya berguru kepada Syeikh Qura’, Nyi Subang Larang pernah mendirikan pesantren besar bernama “Kobong Amparan Alit” di kawasan Teluk Agung yang kini berada dilingkungan Desa Nanggerang Kecamatan Binong Kab. Subang. Belakangan nama “Kobong Amparan Alit” berubah menjadi “Babakan Alit” yang juga berada di sekitar kawasan Teluk Agung Desa Nanggerang. Meskipun tinggal di Bogor bersama suaminya Sri Baduga Maharaja (Raja Pajajaran), Subang Larang kerap mengunjungi pesantrennya itu. Subang Larang merupakan satu dari dua tokoh srikandi atau pejuang (pahlawan) wanita Tatar Sunda pada masa itu dimana beliau merupakan figur seorang muslimah. Beliau merupakan murid Syeikh Qura’ yang juga tokoh penyebar Islam setingkat wali yang menyebarkan Islam di wilayah Karawang.


Dan masih banyak lagi bukti-bukti lainnya bahwa Raden Pamanahrasa (Prabu Siliwangi) telah menganut agama islam. Seperti halnya Padepokan MandeJajar atau Padepokan Pajajaran yang di hadiahkan kepada cucunya yang bernama Raden Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Caruban sewaktu Sunan Gunung Jati menjadi Sultan Cirebon kedua meneruskan tahta Kesultanan uwaknya Syekh Abdullah Iman (Raden Walangsungsang) di Keraton Pakungwati Caruban.
  • Dalam “Catatan-catatan tercecer mengenai kerajaan-kerajaan dan raja-raja pra Islam di Jawa Barat” hal.30 karya Raden Endang Sulaeman Kartasumitra menerangkan bahwa:”Subanglarang dan putranya yang bungsu, raja Sangara (Prabu Keyan Santang) sebagai murid dari Syeh Quro menjadi pengikut Madzhab Hanafi sedangkan Walangsungsang dan adiknya, Larasantang sebagai murid Syeh Datuk Kanfi menjadi penganut Madzab Syafi`i.
  • Dalam “Simpay: kalawarta Paguyuban Pasundan,” hal.46, menerangkan bahwa:”Putri Subanglarang nu ngalahirkeun Walangsungsang, Lara santang jeung Sangara nu ngagem agama Islam.
  • Dalam “Kumpulan makalah Pertemuan Ilmiah Arkeologi ke-X, penerbit Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia”, hal.288, menerangkan bahwa:”Raden Sangara (Prabu Keyan Santang) sejak tinggal bersama Pangeran Cakrabuwana sudah menganut agama Islam.
  • Dalam “Sejarah Kuningan”: dari masa prasejarah hingga terbentuknya kabupaten hal.52, menerangkan bahwa:” Raden Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana) dan Nyimas Larasantang mesantren selama 2 tahun di Pondok Quro Amparan Jati, mereka belajar kepada Syekh Datuk Kahfi yang bermazhab Syafi’i.
  • Raden Walangsungsang dan Nyimas Rara Santang disamping berguru Agama Islam kepada Syekh Datuk Kahfi di Amparan Jati , ternyata ia berguru pula ke Syekh Quro di Karawang, sebagaimana dalam “Sejarah kerajaan tradisional Cirebon” – Halaman 20 yang menerangkan bahwa:” Pada waktu itu kedua putra dan putri raja tersebut sedang belajar di Pangguron Islam Syekh Quro Karawang.
  • Dalam “Raden Pangeran Cakrabuana: sang perintis Kerajaan Cirebon” – Halaman 24, menerangkan bahwa:” Walangsungsang pergi merantau untuk mendalami ilmu agama Islam pada tahun 1442 Masehi.


Dan Menurut sejarawan indonesia yang berasal dari Garut Bpk. Aan Merdeka permana menyatakan bahwa:”Raja Sangara adalah dari Putri Subanglarang, santri dari Pesantren Quro, Karawang. Dan banyak lagi yang menerangkan bahwa kedua putra dan satu putri Nyimas Subang Larang telah menganut agama Islam.

Wallahualam bissawab

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.